Rabu, 13 Juni 2012

Guru Jadi Rebutan Bank

Guru Jadi Rebutan Bank

     Guru-guru yang lolos sertifikasi, dibingungkan dengan keharusan punya beberapa rekening bank. Para guru akhirnya menurut saja disuruh untuk membuka rekening bank baru, demi mendapat tunjangan profesi guru yang menjadi haknya. 
      "Guru jadi korban rebutan bisnis bank. Waktu rapel kekurangan pembayaran tunjangan profesi karena kenaikan gaji, guru wajib buka rekening BRI atau Mandiri," kata Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia, Kamis (17/5/2012) di Jakarta.
       Menurut Iwan, di Bandung guru SD dan SMP wajib pindah ke Bank Jabar Banten (BJB), karena ada nota kesepahaman (MoU) BJB dengan Kemdikbud. Untuk SMA cuma disarankan pindah ke BJB.
Namun, kata Iwan, sekarang guru SD dan SMP wajib buka rekening baru walupun sudah punya rekening BJB ."Mungkin dalam MoU ada target jumlah nasabah baru," kata Iwan.
Adapun untuk SMA/SMK, petugas BJB mendatangi sekolah dengan membawa daftar guru dan identitas Nomor Unik Pendidik Tenaga Kependidikan (NUPTK).
      Di Jakarta, kata Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti, menyatakan, para guru juga disuruh membuka rekening baru. Pada Februari lalu ada surat edaran, pembayaran Tunjangan Profesi guru SD dan SMP lewat BRI, dan SMA/SMK lewat Bank Mandiri.
"Buka rekeningnya gampang, tidak perlu uang setoran awal. Tetapi ini bisa membuat bingung guru, karena ketentuannya berubah-ubah," kata Retno.

BERITA GURU :

SMK KEKURANGAN 45.000 GURU

 

Sekolah-sekolah kejuruan (jenjang SMK) saat ini dalam kondisi kekurangan guru. Masih dibutuhkan 45.000 guru di 121 program keahlian.

Indonesia memiliki sekitar 10.000 sekolah kejuruan. Dari jumlah tersebut, 40 persennya adalah sekolah negeri dan sisanya merupakan sekolah yang didirikan pihak swasta.

"Kita kekurangan 45.000 guru SMK dan itu menjadi problem kita," kata Kepala Subdit Pembelajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Agung Budi Santoso, Senin (21/5/2012) petang, di Jakarta.

Agung menjelaskan, kekurangan jumlah guru yang begitu besar terjadi di jurusan perminyakan, geologi, kimia, penerbangan, dan pelayaran. Penyebabnya antara lain karena distribusi guru yang tidak merata serta kurangnya sumber daya tenaga pendidik.

Menurut Agung, banyak guru yang akhirnya memilih meninggalkan profesinya demi mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

"Kenapa bisa kurang? Karena, misalnya, guru geologi, mereka lebih memilih bekerja di pertambangan karena gajinya lebih besar. Ada juga yang distribusinya tidak merata, di sini berlebih, tetapi di tempat lain kekurangan," ujarnya.

Selain distribusi yang tidak efektif, faktor lain yang menimbulkan kekurangan jumlah guru adalah pengangkatan guru yang terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Karena itu, saat ini Kemdikbud tengah menjalin kerja sama dengan Institute Technical Education (ITE) Singapura untuk memberikan pelatihan pada puluhan guru. Kerja sama itu akan melatih para guru agar memiliki keterampilan menyampaikan materi kepada siswa.

"Kekurangan guru terbesar itu ada di SMK dengan akreditasi C. Makanya, kita selalu me-review kebutuhan pasar dengan melibatkan industri, termasuk bekerja sama dengan pihak luar," tuturnya.